Jumat, 26 Juli 2013

Tante Girang Montok Lagi Mandi

Agan-agan berada dalam artikel : Tante Girang Montok Lagi Mandi
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang : Tante Girang Montok Lagi Mandi
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur Agan - agan...


 Liarnya Wanita Setengah Baya

Sebut saja namanya Debbie umur 35 tahun dan Lucy 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal sosok Debbie dari seringnya aku online sebagai chatter. Aku bisa menilai, Debbie adalah sosok yang hot dalam bercinta. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada sintal, berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali senam sehingga badannya terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut sex bebas juga dengan para karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Debbie banyak cerita tentang kehiduapn sexnya. Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia, tidak pernah ada acara copy darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat acara ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih Hotel. Karena menurut Debbie, Hotel adalah tempat yang paling aman. Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur menuju hotel yang dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelpon dia untuk menanyakan di kamar nomor berapa. “Hallo Dandy, kamu ada dimana” tanya Debbie. “Aku sudah di depan lobby, Mbak Debbie di kamar no. Berapa?”aku berusaha mencari tahu. “Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326,” suara Debbie dengan jelas. “Ok Mbak, aku segera naik,” jawabku. “Ok aku tunggu,” suara Debbie dengan ceria. Setelah aku tutup celluler ku, bergegas aku menuju kamar yang disebut oleh Debbie. “Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan nomor 326. Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Debbie yang tinggi semampai. ” Dandy ngapain bengong, masuk dong,” sambil menggapai lenganku. Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Debbie bersama dengan temannya, sesuai dengan janji dia. “Dandy” aku ulurkan tanganku. “Dandy, ini temenku Lucy” Debbie mengenalkan temannya dan sambari begitu, si Lucy bangkit dari duduknya langsung menyalami aku. Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena aku juga kikuk, mengingat dalam kamar itu ada kami bertiga. Seandainya cuman berdua dengan Debbie aku lebih berani. “Dandy, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu lebih berisi” Debbie membuka omongannya. “Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh Debbie. “Tidak kok Mbak, itu memang foto Dandy,” aku coba membela diri. “Dy, kata Debbie kamu jago banget ya.. Ngesexnya?” tanya Lucy. Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik. “Mmm anu biasa kok Mbak,” jawabku gugup. “Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Lucy sama kok seperti Debbie” hibur Debby. Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan wanita-wanita yang doyan banget ngesex. Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam hati, suami mereka itu gimana kok ‘menelantarkan’ istri-istri sexy begini. Apalagi Lucy, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan paha mulus di balik rok mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus riskan dengan aku yang duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan aku, tiba-tiba Debbie sudah berada di pangkuan aku, jantungku berdetak semakin kencang. “Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama ini,” pinta Debbie sambil menempelkan dadanya ke muka wajahku. Aroma parfumnya yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak dinding CD-ku. “Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban itu, bibir Debbie yang tipis segera melumat bibirku. Aku sedikit gugup menerima serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku. Disaat bibir Debbie sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus punggung wanita paruh baya tersebut. Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing blus belahan rendah yang ada pada dada Debbie. Sampai akhirnya 4 kancing atas blus Debbie terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan belaian yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing BH Debbie. Dengan sedikit sentuhan, ‘tess’ BH Debbie yang berwarna hitam terbuka. Dan muncullah 2 bukit yang masih kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang terjadi pada diri Debbie, dengan jilatan maut lidahku membuatnya merintih, “Ughh, geli sayang” Jilatan lidahku yang mendarat di puting Debbie, membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena Debbie masih menggunakan baju kantor (baca: rok mini). Tanganku semakin berani untuk mengelus pahanya yang putih mulus. Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua inderaku bekerja sesuai fungsi masing-masing. Disaat aku sedang melakukan foreplay, Lucy masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi sekarang kedua kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas buah dadanya sendiri “Mm.. ” sesekali Lucy merintih, mendesah melihat adegan Debbie dengan aku. Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan tubuh Debbie ke dinding kamar. Posisi ini sangat menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Debbie. Aku lumat bibir Debbie, kemudian turun ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser Debbie. “Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh,” lidahku mulai nakal menjelajahi perut Debbie. Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di lubang surga Debbie. Tanpa melepas CD yang dipakai, aku segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Debbie menggeleng kekanan-kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di diskotik. Dengan sentuhan perlahan, aku melepas Debbie, karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas CD warna putih berenda yang dikenakan. Tanganku berusaha membuka kedua kaki Debbie yang masih menggunakan sepatu hak tingginya. Sehingga memudahkan lidahku untuk mengocok lubang kewanitaanya. “Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai menghujam vagina Debbie. “Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh” Debbie merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum, menjilat dan menghisap clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah. Aku mulai merasakan sesuatu akan meletup dalam diri Debbie. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu bercinta, aku angkat satu kaki Debbie keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa leluasa menikmati cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya. Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Debbie tidak kuasa membendung orgasmenya. “Dy, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu pula cairan kental muncrat ke wajahku. Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku tiba-tiba dari belakang Lucy mengangkatku sambil berkata “Dy, sekarang giliranku”. Rupanya Lucy dari awal sudah memainkan jarinya diatas clitorisnya sambil menonton adegan antara aku dengan Debbie. Terbukti Lucy tidak lagi menggunakan CD yang tadi dikenakannya. Lucy membungkukkan badannya ke bibir meja, sehingga belahan merah pada selangkangannya terlihat jelas dari belakang. Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang kemaluan Lucy. “Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Lucy merintih. Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Lucy, yang membuka lebar pahanya. Memudahkan aku beroperasi secara maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Lucy yang sexy. Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Lucy, tiba-tiba Debbie sudah memereteli celanaku. Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri, menyembul keluar setelah sekian menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille. “Waow Dandy, gila banget besar sekali sayang.. Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku sudah dilahap oleh mulut Debbie yang rakus. Aku merasakan betapa pandainya lidah Debbie menari di batang kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku di vagina Lucy, karena merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut Debbie. Lucy sudah mulai bocor pertahanannya dan berkata sambil mendesah, “Dandy.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh,” tangan Lucy yang tadinya beroperasi dibuah dadanya sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon jangan dilepas isapan fantastis itu. Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Debbie menarik lenganku, hingga badanku berdiri. “Dy, aku ingin style berdiri,” ajak Debbie sambil menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri. Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga posisi berdiri tersebut sempurna sekali, dan itupun ditambah posisi Debbie yang masih belum melepas sepatu hak tingginya. Karena dengan demikian posisi Debbie lebih tinggi dari posisi aku berdiri. “Bless” suara adik kecilku menembus belahan kecil diselangkangan Debbie “Dy, enakk bangett.. Punyamu ” erangan Debbie. Gerakan maju mundurku semakin mentok di pangkal vagina Debbie, hal itu disebabkan karena pantat Debbie ditahan oleh dinding. “Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku menghujam keluar masuk dalam lubang vagina Debbie. Buatku, Debbie termasuk orang yang bisa megimbangi permainan sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti itu, dia juga sedikit mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua. Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Debbie berteriak “Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila” rintih Debbie. Tubuh Debbie mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas dari batang penisku yang masih menancap lubang surgawinya. Dan sedetik kemudian tubuh Debbie merosot ke bawah dengan lunglai. Aku berjalan menghampiri Lucy yang sedang menyandarkan tangannya untuk melihat keluar jendela. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang masih kencang menerobos liang vagina Lucy sehingga membuat dia terpekik. “Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh” aku tidak mempedulikan erangannya. Seraya meremas buah dadanya yang kencang dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur. Posisi seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Lucy yang sedikit sempit dan seret dibanding punya Debbie. Dan hal itu membuat aku lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Lucy belum punya anak walaupun sudah menikah beberapa tahun. Selang beberapa menit, “Dyy.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh,” rintih Lucy panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya. Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan penisku secara maksimal. “Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar dalam mulutku. “Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh” Lucy merintih panjang. Lucy merapatkan pahanya sehingga penisku terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku dibuatnya. Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC yang ada dalam kamar itu. Aku coba mengambil segelas air es di kulkas, Debbie yang tadi terkulai menarik tanganku.

Tante Girang Montok Putih Mulus

Info kali ini dalam judul  : Tante Girang Montok Putih Mulus
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang :  Tante Girang Montok Putih Mulus
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Kisah Para Dosen

Dulu terfikir, uang pensiunan pegawai negeri sudah cukup untuk menjadi jaminan sumber biaya untuk membiayai keluarg-ku, namun krisis berkepanjangan di negeri ini, ditambah harga kebutuhan hidup yang terus meningkat membuat dana pensiunan bulanan makin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini, membiayai biaya sekolah anak-anak-ku, dan gaya hidup mereka yang makin tinggi, belum lagi, Parni istri-ku yang tercinta mengidap penyakit kanker, harta yang tersisa pun aku jual untuk menutup semua biaya pengobatan, walaupun akhirnya Parni meninggal 5 tahun yang lalu..

 Dan sejak 5 tahun itulah saya harus memutar otak, beruntung di usia-ku yang sudah lewat setengah abad ini, gelar S-2 sempat aku kenyam, hingga Aku masih dianggap pantas untuk mengajar di sebuah Universitas Swasta di Jakarta,..

 Berbeda memang, anak-anak dari kaum borjuis ini, membuat rasanya diri ini malu, merasa gagal sebagai orang tua, rasanya tuntutan ke dua anak-ku Mardi dan Mira tidak lah berlebihan HandPhone berwarna atau pun sepeda motor, itu masih jauh di bawah standard para Mahasiswa-ku,..

 Ya bagaimana-pun aku mulai bersyukur, bersyukur anak-anak-ku masih mau menggap aku sebagai ayah, dan mau menerima keadaan ekonomi yang meski tidak berlebih, namun untuk sekedar biaya makan dan sekolah bukan-lah masalah,..

 Selama 5 tahun ini juga aku berusaha menjadi dosen idealis, dosen yang baik dan objektive pada murid-murid-ku, berusaha sedikit tegas dan memang itu yang aku fikir harus aku lakukan, sayang rasanya membiarkan mereka membuang uang orangtua-nya untuk sekedar bermain di dalam kelas, aku gak mau seperti Pak Irham, atau Pak Bambang, yang dikenal sebagai dosen ‘baik’ di kampus ini, sayang rasanya mereka tidak mendapat sesuatu di dalam kelas,..

 Namun kejadian ini membuat hidup-ku berubah, mungkin…

 Waktu itu aku mengajar pelajaran Bank dan Lembaga Keuangan, salah satu mata kuliah yang paling aku kuasai, kelas yang kuajar itu bisa dibilang kelas buangan, karena memang hal yang biasa kalau daftar kelas dan dosen yang mengajar itu sudah bocor sebelum pengisian Jadwal mahasiswa,..

 Jadilah kelas-ku salah satu kelas yang paling dihindari,.. Yang payahnya lagi anak-anaka ini seperti tidak mau Belajar, aku berusaha bersabar, hingga pada akhirnya saat membacakan nilai UTS, 3 minggu sebelum UAS murid-murid mulai menjambangi meja kerja-ku di ruang dosen, ya seolah aku yang menentukan nilai, aku yang sengaja membuat nilai mereka Jatuh,..

 Hal itu sudah biasa terjadi 5 tahun belakang ini, namun entah satu orang ini, seorang mahasiswi membuatku jatuh dalam perangkapnya, aku bahkan terkadang berfikir, apa aku pantas masih menjadi seorang dosen?

 Sore itu, seorang Mahasiswi, murid kelasku, usianya sekitar 21-an diatas rata-rata usia mahasiswa di kelas-ku, memang salah satu mahasiswa bermasalah dengan nilainya,.. orang-nya cantik, cantik sekali memang, rasanya dia pun terlihat berbeda memiliki keistimewaan tertentu yang membuat seorang lelaki, bahkan seusia-ku ini masih menaruh minat padanya,..

 Tubuhnya sintal proposional, memang lebih tinggi dari-ku yang hanya 164 cm ini, sore itu sekitar pukul 5 sore, suasana ruang dosen sudah sangat sepi, apalagi hari jum’at hanya sedikit dosen yang mengajar hingga sepetang ini pada hari itu, aku baru saja duduk di kursi-ku setelah mengambil air putih dari dispenser di sudut ruangan,.

 Saat itulah Veronica, nama Mahasiswi itu datang menghampiriku, perlahan dia melangkah masuk, dengan senyuman lembut, rambut panjangnya yang berwarna coklat dikuncir, celana panjang jeans berwarna hitam ketat memperlihatkan pahanya yang berisi, bokongnya yang padat,..

 Balutan kaus kuningnya, berdada rendah memperlihatkan payudaranya yang membusung, bahakan BH yang dikenakannya pun adalah Bra yang mengait dileher, hingga aku dapat dengan jelas melihat warna Bra-nya talinya berwarna merah, sedangkan Cup-nya sendiri berwarna Hitam, kutaksir ukurannya 36 B, terlihat dari balik kausnya yang berbahan tipis itu,..

 Entah apa maksudnya, aku tak berusaha menerka, mungkin hanya berusaha memberikan sogokan, seperti beberapa mahasiswa lain yang datang beberapa hari kebelakang,.. Aku pun berusaha memasang tampang cuek, meski iman ini mulai terguncang,..

 “Pak Agus,..” Suara lembut itu memanggil,..

 “Ya,..” Kata-ku menjawab,..masih berusaha memberikan ekspresi datar,..

 “Saya Veronica, murid BLK bapak…” Memperkenalkan diri “ Boleh saya duduk?”

 “Oh ya silahkan, Veronica dari kelas G?” Aku pura-pura bertanya, meski sebagai lelaki tidak mungkin aku tak mengingat mahasiswi secantik Veronica

 “Iya pak, saya mau minta bantuan pak,..” tampaknya dia sudah biasa berbuat seperti ini, hingga tak malu-malu lagi untuk mengajukan permintaan yang sebenarnya memalukan itu,..

 “Oh, memang apa yang bisa saya bantu?” Aku pura-pura bertanya meski sudah bisa menerka keinginan-nya,..

 “Nilai saya Pak, Cuma 24,..Saya mau lulus pak,..” Dia meminta lagi tanpa rasa malu

 Wajahnya pun terlihat cuek, seolah tak bersalah,..

 “Wah, jauh ya,..gimana mungkin kamu mengulang semester depan,..” ya memang itu yang bisa kulakukan, nilai itu terlalu jauh, dan tampanya sulit untuk dia bisa mengejar nilai di UAS, meski bukan hal yang tidak mungkin,…

 “Yah, bapak, masa gak bisaaa…” Vero berkata Manja,..tubunnya dibusungkan seolah sengaja mendorong dada-nya lebih maju, menempel di meja kerja-ku,.. menapak diatas kaca bening diatas meja,..Dadanya terkesan lebih besar, tak hanya itu belahan dada-nya yang rendah membuat payudaranya sedikit terangkat keluar, belahan-nya menantang dalam jarak yang begitu dekat, darah tua ini mendidih,..entah apa, aku berusaha menerka maksud dari murid cantik-ku ini,..

 “Bapak, tolongin saya ya pak,..” Suaranya sengaja dibuat demikian manja, manja membuat hati ini sedikit luluh, aku seorang manusia, seorang lelaki normal

 “Eh, ehmmm..”,” Mungkin kamu bisa, bisa kerjakan makalah bab 14 – 18, saya akan maksimalkan nilai tugas-mu..” Aku berusaha untuk tidak menatap ke belahan dadanya itu,..

 Aku yakin seyakin yakinnya, Vero bukan tak tahu aku mengintip, tapi dia seolah cuek-cuek saja, bahkan kesan yang diberikannya semakin disengaja,..Seraya berdiri,..

 “Bapak, bapak bisa kan bikin cepet selesai?”, Dia berdiri menantang dihadapan-ku, tatapannya menggoda,..” Ayolah Pak,..” Katanya lagi sambil membuka jepitan rambutnya, rambut panjangnya terurai indah,..menambah kecantikan gadis muda ini,.

 Jantungku berdegup kencang,

 “Eh,.. apa maks..maksud kamu,..” Aku tahu, aku tahu maksudnya, aku bukan orang bodoh, tapi aku bukan orang yang ingin mengambil kesempatan, aku tahu di lingkungan kampus ini sudah biasa mahasiswi yang bisa dibilang ( maaf ) Jablay, dan bukan tak mungkin Veronica ini pun salah satu bagian komunitas tersebut,..

 “Saya cuma mau lulus pak,..” Dia menjawab santai, duduk diatas meja-ku, saat berdiri tadi dia sempat berbalik, tubuhnya indah sempurna, matanya indah bokongnya pun demikan menggoda,.aku meneguk ludah dalam deru jantung dan desir darah yang membara,..

 “Bapak, bapak tahu kan, bapak tahukan musti bagaimana untuk membantu saya,..” Manja dia berkata,..tubuhnya menunduk, memeluk-ku dari belakang, menyela lewat bahu,..tangannya menempel didadaku, bersilang, kepalanya di tidurkan di bahu-ku, mesra, aku dapat merasakan hembusan nafas, tatapan matanya yang seolah menelanjangiku itu, mata berglayut manja memandang-ku, tiba-tiba Veronica mencium-ku,..

 Memeluk-ku lebih erat, mencium pipi kiriku hangat, aku bahkan merasakan ciuman yang berbeda dari ciuman anak-anak-ku setiap ulangtahun-ku, bukan ciuman kasih sayang, tapi sebuah ciuman berbeda, mencium pipiku yang mulai berkerut dengan hangat, sentuhan lidahnya sesekali menyentuh kulit pipi-ku, darah tua ini tambah berdesir, makin menyerah akan kekalutan dosa birahi anak didik-ku,..

 “Vero yakin, Bapak pasti bisa bantu Vero,..” Dia melepas pelukan dan menghentikan ciumannya,.Tuhan kufikir hanya ini saatnya bila aku ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri dosa anak didik-ku,..

 Vero melangkah perlahan, mendorong bangku-ku menjauh dari meja kerja-ku,.dia berdiri dihdapanku sekarang,..mulut orang tua ini tak sanggup berkata apa-apa lagi,..di depan kedua mataku, Vero menarik kausnya, meloloskan kaus kuning tipisnya,..sekaligus menarik jepitan rambutnya, rambut panjang coklatnya terurai, menambah kesan kecantikan sensual gadis itu

 Tubuhnya yang putih indah itu, tak berbalut lagi dengan kaus tipis itu, payudaranya yang masih terlidung oleh Bra-nya yang mungkin hanya menutupi bagian putingnya saja, ya Cup-nya kecil sekali tak sepadan dengan dada-nya yang padat berisi itu,,..

 Vero, menatap ku, dengan tatapan manja Khasnya,..

 Menunduk lah gadis itu membuat payudaranya itu kian menantang-ku, menantang birahi-ku yang terus memuncak, mamancing birahi seorang lelaki tua,..jemari lentiknya bergerak ke perut, seolah sengaja belaiannya seolah penari erotis yang begitu memamerkan perut ratanya yang putih rata itu,..

 Rambutnya yang panjang terurai, makin menggoda, menutup sebagian wajahnya memberikan kesan misterius yang merangsang, jemari lentik itu menekan kancing celana jeans ketatnya, menarik keluar kancing celana itu keluar dari tempatnya,..

 Belum lagi aku menghela nafas, Vero kembali membuatku harus menahan nafas lebih lama, jemari lentik berbalut kutek merah muda itu menempel di kancing resletingnya, sempat Vero menatap-ku, tersenyum…

 Jemari lentik itu bekerja, menarik turun resletingnya, aku menarik nafas panjang-panjang,.. mata tua ini mengintip, mencoba mencari tahu indahnya dunia remaja, celana dalam hitam-lah yang bisa kulihat, aku menarik mata-ku dari daerah selangkangan itu, menatap mahasiswiku yang hanya tersenyum-senyum saja, dengan tatapan mata yang menggoda,..

 “Srettt…” celana itu meluncur turun, aku tak lagi harus mencuri-curi pandang, celana dalan hitam model string itu kini sudah menantangku, celana Jeans ketat itu terus diturunkan oleh Mahasiswi-ku itu,..

 Meluncur turun melewati bokongnya yang padat berisi itu, melewati pahanya yang begitu putih mulus menggoda, lutut-nya yang indah, turun lagi melewati betis Vero,..Oh tuhan tubuh itu seolah menari indah sekali, hingga celana jeans itu tertahan di kakinya, Vero meloloskan celana jeansnya dari kaki sebelah kiri dahulu, berganti kaki kanan hingga Jeans itu terlepas dari tubuh indahnya,..sebelum dia menaruh kaus dan celana jeansnya diatas meja kerja-ku,..

 Mahasiswiku berdiri menantang dihadapan-ku, sinar matahari senja yang menyelinap dari balik meja kerja-ku, membuat keindahan di hadapan-ku ini makin mempesona, sinar mentari yang hangat itu tersenyum mesra memantulkan keindahan tubuh mahasiswiku,..

 Berdiri mematung, tangannya berpindah kebelakang menarik lepas kait branya,..sebelum dia meloloskan Branya itu lewat lehernya,..dadanya kian menantang, bulat dan cukup besar, tidak turun sedikitpun, sempurna adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya, putingnya yang tidak terlalu besar itu berwarna merah kecoklatan, mengacung tegak yang membuat kesan sensual kian bertambah…

 Mahasiswiku berdiri nyaris bugil dihadapan-ku,..

 Tuhan,.. aku menarik nafas panjang,..jantungku berdegup kencang sementara Veronica melangkah mendekatiku,..

 “Bapak,. Bapak bisa kan bantuin Vero,..” Dia mendekat ” Vero bakal nyenegin Bapak dech..” Rayunya

 Jantung tua ini makin, payah, apalagi saat Vero tanpa tendeng aling lagi duduk di pangkuan-ku, bokongnya mendarat di paha kanan-ku, padat dan berisi sesuai dengan yang terlihat,..kedua tangannya langsung memeluk-ku melewati leherku, mesra bergelayut,..payudara indah-nya itu menempel di dadaku, membuatku yakin dia dapat merasakan degup jantung-ku yang begitu kuat berdebar, degup jantung yang makin menderu saat payudara itu bertempel di dadaku yang masih terbalut kemeja tua ini,..

 Vero tersenyum, mungkin dia dapat merasakan jantungku yang berdebar keras,..

 “Bapak, relaks ya,..” ,.” Vero yakin pasti bisa nyenegin bapak koq,..” dia tersenyum,..

 Tangannya menempel di wajah-ku, halus lembut, sesaat kemudian bibir mungil itu kembali menempel, bukan lagi di pipi-ku yang berkerut, tapi di bibir tua berkarat ini,..

 Menyentuh hangat di bibirku, lidahnya mulai berusaha menyelinap masuk dalam bibir-ku, persetan dengan semua ideologi, objektivitas dan Sumpah dosen, aku tak bahagia dengan itu semua, kini yang terfikir hanya keindahan tubuh Mahasiswi-ku ini,..

 Aku tak lagi dapat menutup mulutku rapat, aku membiarkan lidah mudanya itu berpagutan dengan lidah tua-ku, ya-ya dia seolah tak sedikitpun jijik pada orang tua seperti-ku, aku pun tak lagi merasa malu, berhubungan dengan Gadis yang seumuran dengan putri-ku,,..

 Birahiku mengalahkan akal-sehat-ku,..

 Kami berciuman mesra, hidung kami sempat beberapa terantuk aku sudah tua untuk melawani frenckissnya ini, sedotan dibalas sedotan, kami berciuman dahsyat hingga menimbulkan bunyi aneh sewajarnya orang berciuman hebat,..

 Lidah kami saling bersilangan seraya berciuman itu, liur kami sudah saling tertukar, penis-ku pun sudah makin sest dibawah sana,..apalagi kala Vero menarik tangan-ku untuk mengapai dadanya, seolah menginginkan-ku meremas payudara-nya,..

 Jemari orang tua ini menyisir payudara kencang itu,..jemariku terasa bergetar saat menyentuh kulit halusnya,..aku mengganti jari-jariku dengan telapak tangan tua ini,..menyentuh permukaan payudara itu,..sedikit memberanikan diri menggoyang dan meremas payudara itu, pemiliknya sedikit mendesah diantara ciuman kami,..

 Ku-kumpulkan segenap keberanian-ku, kumainkan payudara yang menggantung itu, meremasnya dengan sisa tenaga tua yang ada,..merema payudar itu, menekannya ataupun menarik-narik puting payudara itu, putingnya sesekali kuremas, kupelentir puting itu, teringat dengan istri-ku Parni dahulu,..

 “Ougghhh..” Vero mendesah nikmat, membuat-ku makin PD untuk mengerjai mahasiswiku itu,..ya aku makin terbakar birahi,..tak lagi kupedulikan status ” Dosen ” ku,..

 Kupeluk tubuh indah itu, kudekatkan lagi tubuh tua ini dengan tubuh indahnya,. memeluk mesra mahasiswiku, sambil berciuman, sambil memainkan puting payudara-nya itu,..,..

 Tangan-ku yang memeluknya itu mulai berani lebih dalam lagi,..menyelinap diantara celana dalamnya meremas bongkahan pantat itu,..

 “Aww… Bapak bandel ya,..” Vero menghentikan ciumannya,..tersenyum lah dia,..

 Ya Vero malah berdiri dihadapan-ku sekarang,..

 “Turunin pak, celana dalam-nya..” Rengeknya manja,..

 Aku tersenyum menatap wajah cantik mahasiswiku itu, ya aku tak lagi ragu untuk melakukannya,..

 Kujulurkan kedua tangannku, menarik karet celana dalam itusebelum menariknya turun, gundukan bulu kemaluannya yang tak terlalu lebat namun tertata rapi itu menimbulkan sebuah aroma, aroma khas wangi yang mematikan,..

 “Hehehe, gitu donk pak,..” Vero kembali melompat dalam pelukan-ku, kini dia malah mengangakang dihadapanku,..

 “Pak, Turn me On lagi donk,..” Pintanya,..

 Aku pun tak menolak,..melakukannya,..

 “Vero, Vero, sini sama bapak ya,..” aku memeluknya sekarang,..

 Kujulurkan bibirku menciumnya, dari kening turun kebawah, teringat titik sensitif istriku dahulu, tepat di balik telingannya, kugayut telinga itu, kuhisap-hisap teliganya, sesekali lidah ini kusisipkan di lubang telinga itu,..

 “Ahhh, ahhh pak,..enaaaak…” Desahan manja melucur dari telingannya, tangan Vero pun tak lagi diam, membuka kancing perkancing kemeja ku itu,..

 Perlahan tapi pasti kancing kemejaku terbuka semua, sementara aku masih sibuk merangsang titik sensitifnya yang ternyata sama dengan istriku itu,..

 Tubuhnya bergerak-gerak manja, sambil tangannya berpacu dibalik kaus dalam-ku itu,..merajahi dadaku yang juga mulai berkeriput dimakan usia

 Jemari lentiknya bermain, ya mencoba merangsang diriku lebih lagi, puting ku dijelajahinya dengan tangannya yang halus itu menjepit payudaraku, sakit tapi ya nikmat sekali aku tak menyangkal kenikmatan yang diberikan mahasiswi-ku itu,..

 Aku pun mendesir hebat saat Vero dengan begitu bernafsunya berkata,..

 “Sekarang giliran Vero ya pak” pinta si cantik itu,.. “Vero yang bakal puasin Bapak”

 Turunlah dia sambil tangannya menyibak kemeja dan kaus dalam-ku, tubuh tua yang sedikit buncit ini terpampang dihadapan Mahasiswi yang begitu cantik dan kontras dengan tua bangka seperti diriku,..

 Lidahnya merangsang puting tua-ku itu, menjilatnya sambil menyedot-nyedotnya membuat si tua ini mendesah kenikmatan,..nikmat sekali dia mngerayangi puting kanan-ku tak lama berganti ke kiri,..tubuh tua ini bergetar,..

 “Enak pak,.?? ” tanya-nya tersenyum manja menatap-ku,..

 Aku membalas dengan senyuman, ..kembali Vero menarik tangan-ku,..

 ditaruhnya diselangkangan, agak ragu aku saat itu,..

 “Ayo pak, Vero pengen…” Dia meminta,..

 jempolku pun kugerakan,..menempel di Clitorisnya, sedangkan jemari telunjuk-ku itu kugerakan di depan bibir vaginanya,..

 “Owhh,, pak, Enak,.. ahhh..” vaginanya sudah mulai basah, kugerakan jemariku makin cepat naik turun dipermukaan bibir vaginanya,..

 Vero mendesisi, sembari tak henti menjilati puting payudara-ku,..tangan kirinya masih bergelayut memeluk-ku, sementara tangan kanan-nya digunakan merangsang permukaan dadaku,..

 Kurasakan permukaan vaginanya bertambah basah, tangan-ku pun mencuri kesempatan menjamahi payudara kencangnya itu, ya makin lama kami makin terpacu birahi, terpacu dosa kenikmatan, entah berpura atau tidak, tapi gerakan tubuh Vero menggambarkan seolah Vero ikut menikmati ini, semua,..

 “Pak… gak tahan, jangan di depan ajah.. ahhh, Pak masukin…” Pinta Vero,..

 Kuturuti kemauan anak didik-ku itu,..telunjuk-ku ini kugunakan untuk melakukan penetrasi dalam vaginanya,..terasa sempit liang kemaluan-nya sedikit basah dengan cairan cintanya yang mulai berproduksi dalam rahim muda gadis itu,..

 Telujuk itu kugunakan mendesak lebih dalam, kutatap wajah mahasiswiku, wajahnya tampak kesakitan, namun mulutnya berkata lain,..

 “Terus pak, awwww… enak pak…” Dia terus menceracau,..akhirnya telunjuk-ku mentok juga, sesaat kudiamkan, Vero tampak menarik nafas panjang, sebelum akhirnya kugerakan telunjuk-ku naik turun dalam kemaluannya itu,..

 “Owwww, ahhh pakk,, aaww…” Dia menceracau, berusaha memagut bibirku, kusodorkan saja bibir tua ini, kami berciuman mesra sementara tangan-ku terus keluar masuk menjelajahi kemaluannya,..

 Jemari Vero seolah ingin membals kenikamatan yang kuberikan,..

 Diraihnya kancing celana-ku, dipelorotkannya, sementara dengan jemari lentiknya dikeluarkan penisku yang sudah menegang itu,..

 “Ich, keras juga ya pak, awww..” Dia berkata disela desahan-nya,..

 aku makin liar, rasanya mendengar gadis secantik itu mendesah dalam pelukan-ku, makin membuat ku bergairah,….

 Makin kupacu jemariku keluar masuk dalam vagina-nya, sementara Vero membalas dengan sentuhan tangannya yang membelai kemaluan-ku, membelai sambil mengocok kemaluan-ku, jemari tangan yang halus, begitu nyaman menggengam kemaluan-ku,..

 Desah nikmat kami diantara ciuman Frenchkiss, nikmat menggema di Kantor dosen yang kosong itu,..beberapa menit kami berpacu dalam keadaan itu, hingga akhirnya tubuh Vero menggelinjang hebat, menggelinjang panjang disertai desahan dasyat tubuhnya mengeras, giginya menggelayut, Veronica mahasiswi-ku terhantam gelombang organsme dahsyat, membuatnya tak karuan mendesah, aku merasakan vaginanya yang seolah menarik jemariku, menyedot hebat sebelum cairan vaginanya merembes keluar,..

 “Awhhhhh…Oughhh…” Dia memeluk-ku mesra saat Organsme itu tiba, nafasnya tersengal sengal, sebelum dia merambat turun,..Penis-ku masih tegar berdiri saat itu,..

 Dia melangkah mengambil air minum di meja, menegaknya,..

 “Bapak, dasar,.. hebat banget..” celetuknya manja,..

 Aku kembali hanya tersenyum membalas,..

 “Sini Vero bales,..” Dia kembali mendekatiku, berjongkok dihadapan-ku, meraih penis-ku ditangannya meremasnya mesra, sebelum dibuka-nya bibir mungil miliknya,..

 Penis ku dijilatnya, tubuh tua-ku mendesir nikmat,..merasakan basuhan hangat lidah Vero yang menari di penis-ku,..

 “OWhh…” geli nikmat yang dahsyat, berlanjut kebuah Zakar-ku, agak susah membuatnya harus melepas celana panjang-ku turun, jadilah kami berdua dosen dan Mahasiswinya saling bertelanjang,..

 Tak lagi sempat berfikir, seketika buah Zakar-ku telah disantapnya, menghisap dan menyedotnya dahsyat,..menggelitik buah zakar-ku itu, hingga basah, bijinya ditarik tarik memberikan kenikmatan, seolah tidak jijik dengan penis si tua bangka ini, bahkan memberikan kenikmatan yang dahsyat sekali,..

 Tangannya yang satu lagi terus mengocok penis-ku, belum lagi sedotan dahsyat pada buah zakarku, bulu kemaluan-ku yang sudah mulai beruban sesekali rontok tertarik tangannya, namun tak seberapa dibanding kenikmatan yang diberikan gadis muda ini,..

 “Ahhh, ahhh..” Aku terus mendesah kenikmatan

 sesaat penisku malah sudah berada dalam mulut hangatnya, mulut hangatnya yang bermain membalur penis tua itu dengan lidahnya, menyedot penisku itu, ” Aghhh..” aku mengelinjang nikmat,..

 Kepala penisku dihisapnya sementara tangannya tak henti mengocok batang kemaluan-ku,..aku tak tahan lagi,..kutarik lepas kepala mahasiswi ku itu,.. kucium bibir mungilnya,.ku dorong dia keatas meja kerjaku, tangan-ku mencoba merangsang bibir vaginanya yang mulai basah,..

 “Oughh, pak…” Vero mendesah, kulepas ciuman-ku, kupindahkan ke payudaranya yang menantang itu,..

 Tangan ku, kini kugunakan untuk merangsang clitoris Veronica, pemiliknya hanya dapat melenguh seakan melampiskan kenikmatan atas rangsangan yang kuberikan,.. Jemari-ku sesekali kusisispkn lagi dalam vagina-nya, sementara terus kuciumi juga payudara mahasiswi-ku itu,..

 Kukunyah puting payudaranya itu, kujilati seluruh bagian dari payudaranya yang putih indah menggoda itu,.” Ughhh, pakk..ahhhh “ Pemiliknya terus melenguh menambah naik birahiku,..

 Pinggulnya bergoyang erotis menikmati rangsangan dari orang tua ini, apalagi vagina itu kian basah oleh cairan cintanya, aku dapat merasakan kehangatan dan remasan otot-otot vaginanya meremas telunjuk-ku didalam sana,..

 Jemai Vero terus mencoba merangsangku, terkadang tangannya membelai dada-ku memberikan sentuhan pada puting susu-ku, ataupun dia mencari telingaku untuk dihisapnya, mungkin dia ingin kami sama-sama naik, apa dia sudah sering seperti ini dengan dosen-dosen lain?? Ataukah dia tak merasa Jijik brcinta dengan orang yang mungkin sudah lebih berumur dari orangtuanya itu,..ai enyahlah pikran semacam itu, tak perduli lagi dengan itu semua, yang terpenting aku dapat menikmati dagin hangat ini sekarang,..

 Tangan Vero mencabut jemari-ku yang berada dalam vaginanya, ditariknya penisku yang sudah mengeras itu untuk merangsang vagina-nya, digesek-gesekannya lah kepala penis-ku itu, dia melenguh hebat menkmati ransangan yang diberikannya oleh permainannya sendiri itu,..

 “Oughh, pak..enyakk..” Vero terus melenguh, peluh sudah mulai membanjiri wajah cantiknya itu…

 Jemarinya terus membimbing penis tua-ku itu untuk brmain di mulut vaginanya,..penisku seakan berdenyut nikmat, tiap kali penis ini menyentuh bagian vaginanya yang basah dn trtekan-tekan nikmat, seolah ada yang ingin keluar meski aku tahu masih jauh buatku untuk menembak-kan sperma-ku ini,..

 Tak terduga apa yang terjadi selanjutnya. Justru Vero sendiri lah yang menekan-kan penisku masuk dalam vaginanya, keset sekali saat di bimbingnya penis-ku masuk dalam vagina-nya,..dia terus meriung-riung tiap centimeter penisku melengsek masuk, “ Awwwh,..pak…ahhhh…” aku pun tak uasa mendesah..” Ahhh, Veroo…” pertama kalinya aku menyebut nama murid-ku itu dalam persetubuhan ini,.

 Betis Vero terus mendorong pinggulku, di kaitkannya kedua kakinya kuatkuat pada pinggulku demi untuk mendorong penis-ku masuk lebih dalam, aku tak mencegah aku keenakan menikmati remasan otot-otot vagina muda dari mahasiswi tercantik di kelas ku itu,..

 Vero sendiri hanya merem melek saja, menikmati tiap detik penis-ku masuk lebih dalam,..sempat mentok beberapa kali, namun aku menarik pinggulku lagi mencai ruang agar dapat menekan penisku masuk lebih dalam ada vagina-nya,..

 “Ahhh, pak,..dalem banget.. awwhhh..” Rintih Vero, saat penisku akhirnya tertanam semua dalam vagina-nya, sempit sekali, kesat namun vagina itu terus berdenyut seolah memijat penisku yang berada di dalam sana,.

 Aku tersenyum saja mendengar perkataan anak didik ku itu,..

 Entah sudah berapa tahun sejak aku menikmati vagina seorang wanita, namun aku yakin ini adalah vagina ternikmat yang pernah kurasakan dalam hidup-ku, lupakan kegilaan seorang PNS dahulu, hanya pelacur-pelacur kelas bawah yang pernah kunikmati dahulu, itupun sebelum menikahi istri ku yang tercinta, sejak kematian-nya tak pernah aku sekalipun bercinta dengan wanita, aku setia menjaga cintaku, hingga hari ini,..

 Seluruh birahi yang terpendam selama 5 tahun ini kutumpahkan pada diri anak didik-ku ini, kugengam pinggangnya sebagai tumpuan, kugoyangkan penisku keluar masuk dalam vagina-nya dengan kecepatan yang teus meningkat..

 Payudaranya itu terpental kesana kemari, ya bergoyang memutar hingga menambah kecantikan murid-ku itu, sungguh dia memiliki pesona sendiri dimata lelaki, bunyi tabrakan bokongnya dengan selangkangan-ku menimbulkan bunyi yang cukup nyaring tapi kami tak perduli lagi,..

 Kami terus berciuman untuk mengurangi gaung suara desahan kami, lidah kami berpagutan sementara di bawah sana, vagina-nya terus meremas penis-ku, meremasnya nikmat sekali,..

 “Uhhh, owghhh,..ahhhh…” Vero terus mendesah,.mulutnya seolah tak pernah berhenti mendesah, meransang darah tua ini untuk terus terbakar oleh suasana,..Ya aku tak lagi berfikir selain memuaskan birahiku ini sekarang,..

 Dahsyatnya lagi tiap sodokan sekuat tenaga-ku, aku merasakan sensasi lain dari vagina-nya, selain lolongan panjang Vero, seolah ada cairan yang terdrong keluar dari dalam vaginanya, sesekali meloncat hingga kebuah zakar-ku,..

 Jemari Vero pun digunakan olehnya untuk membuka vagina-nya, entah mengapa dia lakukan itu, namun posenya itu membuat dia lebih merangsang saja,..Sementara tangannya yang satunya lagi terus merangkul, memeluk-ku.

 Kutarik tangan kanan ku dari punggulnya, kuremas payudara Vero yang membuat pemiliknya kembali melenguh erotis,..lenguhan yang membuat ku kian bernafsu untuk mengocok gadis ini makin liar,..

 “Srettt, Srettt, Plak, Plak,..” bunyi-bunyian yang sering terdengar karena sentuhan tubuh kami, belum lagi cairan vagina Vero yang terkadang merembes keluar melumasi penis-ku yang memungkinkanku untuk menyetubuhinya lebih cepat lagi..

 “Awwhh, pak….Ahhhh..” Vero tiba-tiba mencakar-ku, tubuhnya mengejang hebat, apalagi tangannya yang mencengkram tangan-ku, mencengkamnya hebat membuat tangan-ku sediki terluka karena kuku jarinya yang panjang,..

 Yang lebih dahsyat lagi adalah vaginanya yang seolah menjus penis-ku didalam sana, himpitan otot vaginanya seolah melumat penis-ku, kurasakan semburan hangat cairan vagina Vero yang menyentuh kepala penis-ku, terus membasahi batangnya hingga merembes keluar,.. Beberapa detik Vero menutup mata dengan tubuh yang bergetar,..

 “Hahhh, ahhh, hahhh..” dia mendesah dengan nafas yang memburu,..

 “Enak pak,..” Vero tersenyum genit,.” Lagi donk pak,..hehehe”

 Sebenarnya tak perlu komando darinya, begitu punggungnya yang sempat terangkat saat organsme tadi turun kebawah, langsung kuhantamkan lagi penisku keluar masuk dalam vaginanya,..Desahan Vero kembali membahana,..

 Terus kugali vaginanya beberapa menit, tak secepat tadi memang namun masih dapat kuakali dengan penetrasi pendek, ya hanya kepala penis dan sebagian kecil penisku yang masuk, ternyata itu cukup membuat Vero blingsatan dan berusaha menggoyangkan pinggulnya, menginginkan penterasi yang lebih dalam..

 “Ahhhh, ahhhh, bapak,.. jahat ahhh..” Rengeknya, namun aku tak tak perduli aku berfikir unuk mendapatkan kepuasan maksimal darinya, aku gak mau buru-buru keluar,..

 Kuciumi lagi puting payudaranya yang besar itu, kuremas dengan tangan-ku, kutarik-tarik lah puting payudaranya yang sudah mengeras itu, kujilati, kuhisapi sesekali mengunyahnya, bukan rahasia umum, kalau sebenarnya wanita lebih menyukai payudara bagian bawahnya untuk dijilati,..aku tahu itu dari istriku,..

 Maka kugerakan lidahku menjilati payudara bagian bawah Veronica, Vronica langsun menggelinjang nikmat begitu lidahku ini, menjelajah payudara bagian bawahnya,.. kuciumi payudara putihnya yang sekal, bagian bawahnya begitu merangsang, Bulat sempurna,..sementara aku masih melakukan penetrasi di muka vaginanya,..

 “Ughhh, pak..ahh,..” Veronica terus melenguh, melenguh keenakan, wajahnya kian merangsang, apalagi melihat matanya yang merem melek itu, sementara dari bibir mungilnya suara lolongan desahan nikmat terus saja keluar,..

 Setelah kurasakan sedikit sudah tenang kusodokan penisku dalam-dalam pada vaginanya, kali ini dengan seluruh tenaga yang ada ditubuh orang tua ini, Vero langsung melolong dahsyat,..

 Vagina-nya kembali mengejang, lelehan cairan cintanya kembali menerpa penisku, tubuhnya bergetar, meski tak sehebat tadi, namun aku tahu dengan pasti mahasiswiku in kembali mencapai puncak kenikmatannya,..

 Sayang beribu sayang, dasar tubuh ini sudah tua, aku tak sanggup bertahan lebih lama lagi. Remasan yang seolah memijat penisku di dalam vaginanya, membuat penis ini seketika meledak, melelehlah sperma orang tua ini dalam vagina Vero,..

 Banyak sekali, tabungan 5 tahun,..Vero tampak kaget merasakan cairan sperma yang meloncat dalam leher vaginanya, aku pun sungguh tak menduganya, kami hanya tertegun saja, aku hanya diam entah apa yang ada dalam benak-ku saat itu, perasan bersalah atau apalah,..

 Kudiamkan saja penisku dalam vagina-nya, hingga kembali mengecil dan keluar dengan sendirinya, sementara Vero hanya diam menatap langit-langit ruang dosen, entah memikirkan apa, rambutnya sudah tak karuan,.. demikian juga dengan keaadan ruang kerja-ku,.. berantakan tak karuan,..

 Aku tertegun saja, kembali duduk di kursi-ku, tanpa busana, langit senja berganti dengan langit malam, sebuah petir menyambar membelah heningnya suasana, kami masih diam beberapa menit, hingga Vero kembali berbicara,..

 “Bapak, bisa bantuin Vero kan?” Dia bertanya,..

 Aku diam saja, memikirkan cara untuk membantunya,..Namun pikiran jahat dari mana yang muncul, berusaha aku untuk menepis semua kebusukan pikiran ini,.. Dia seusia anak-ku, akutak mau anak-ku seperti ini,..

 Sebuah petir kembali menyambar,..diiringi derasnya hujan,.Hal yang langka diawal musim kemarau ini,..

 “Kalo segini sich belum cukup,..” Aku bahkan tak percaya ini meluncur dari mulut-ku,..Vero sampai tertegun mendengarnya,..Aku berdiri mendekatinya,..Kuraih dagu muridku, kucium bibir mungilnya itu,..

 Vero mendorong-ku,..Tak ingin lagi dia dicium oleh-ku,..

 “Bapak mau apa?” Vero bertanya, nadanya ketakutan,..

 “Bapak Cuma mau lagi…”

 Kudorong dia ke meja kerjaku, kali ini menungging,.. Dia berontak menghindari sergapan-ku,..namun ternyata aku masih bisa menggungulinya dengan tubuh tua ini, penisku kembali mengencang,..Kudorong paksa penisku masuk dalam vagina-nya,..

 “Oughhh,..ahhhh..” pemiliknya menjerit tertahan, menahan sakit,..

 Wajahnya seolah marah menatap-ku,namun aku tak perduli, aku terus memacu penisku dalam vaginanya, vaginanya pun masih memijitu seperti tadi, bukti dia tak 100% menolak aku menyetubuhinya,..

 Aku terus mengerjainya dari belakang, kedua tangannya kutarik kebelakang, mencegah dia berontak atau memukulku, itu membuat dia tak dapat bersandar pada meja kerjaku,

 Vero tetap mendesah hebat seperti tadi,..rambutnya terurai tak beraturan…

 Di depan meja-ku adalah meja Bu Ratih, di belakangnya ada kaca berukuran besar, wajah Vero terpantul disana, matanya seolah marah padaku, aku tak perduli aku hanya ingin menikmati Mahasiswi cantik-ku ini lebih lama,..

 Aku yang salah, atau dia yang salah?

 Salahkah aku sebagai seorang dosen?